Oleh: Sri Rezeki Pettalolo, S.Gz, RD*
PENDERITA yang terinfeksi HIV sering mengalami gangguan asupan zat
gizi yang menyebabkan menurunnya fungsi biologis tubuh. Bahkan pada
penderita HIV terjadi perubahan kondisi klinis yang bukan hanya akibat
dari masalah asupan zat gizi saja, tetapi juga akibat dari proses
penyakitnya. Hal ini ditandai dengan terjadinya penurunan status gizi
dan imunodeficiency pada penderita HIV/AIDS yang pada akhirnya
dapat mengakibatkan penurunan imunitas sehingga munculnya berbagai
infeksi primer, antara lain seperti; nyeri otot/ sendi, mukokutan (ruam
kulit, ulkus di mulut), limfadenopati maupun tumbuhnya jamur di mulut
(kandida, K.neoformans, H.kapsulatum, pneumpocystis).Akibat lain dari penurunan status gizi dan imunodeficiency pada penderita HIV tersebut berisiko pula terhadap perkembangan penyakit HIV dan terjadinya kematian.
Penatalaksanaan yang selama ini dilakukan dalam mengelola penderita
HIV dan AIDS adalah melalui upaya pencegahan transmisi, upaya pengobatan
umum dan khusus melalui highly active antiretroviral therapies
(HAART) yang ternyata tidak sepenuhnya mampu membendung peningkatan
angka kesakitan dan kematian akibat HIV dan AIDS. Hal tersebut
disebabkan antiretroviral hanya mampu mengurangi kepadatan virus dalam tubuh penderita tetapi tidak mampu menanggulangi pengaruh Reactive Oxygen Species (ROS).
Peningkatan produksi ROS pada tubuh penderita HIV dan AIDS,
dikarenakan oleh adanya deplesi antioksidan yang terjadi pada tubuh
penderita HIV dan AIDS. Jika hal ini terus dibiarkan berlarut-larut maka
akan terjadi gangguan terhadap fungsi dan kematian sel secara progresif
hingga berpotensial jatuh ke derajat penyakit yang lebih berat.Infeksi
HIV dapat lebih meningkat dengan adanya peningkatan ROS, karena adanya
stress oksidatif yang terjadi, yang berperan penting dalam replikasi
virus, respon inflamasi, proliferasi sel kekebalan tubuh, hilangnya
fungsi kekebalan tubuh dan meningkatnya kepekaan terhadap toksisitas
obat.
Orang dengan HIV/ AIDS (ODHA) memerlukan asupan zat gizi yang mengandung macronutrien (karbohidrat, protein, lemak) dan micronutrien
(vitamin dan mineral) dalam jumlah yang cukup. Kurangnya asupan zat
gizi ini dapat memberikan efek langsung pada penderita HIV. Akibat dari
asupan zat gizi yang kurang dan adanya proses katabolik yang terjadi,
penderita HIV yang terinfeksi secara positif akan mengalami pemecahan
protein yang lebih cepat di dalam tubuhnya sehingga mengakibatkan
konsentrasi albumin menjadi rendah. Protein merupakan bagian dari zat
kekebalan tubuh (anti bodi) yang sangat penting dalam mempertahankan
tubuh terhadap terjadinya infeksi.
Ikan Gabus merupakan alternatif lain sebagai sumber protein albumin
dan merupakan sumber antioksidan hewani yang berfungsi sebagai pengikat
radikal dan berperan dalam proses pembersihan serta penangkapan ROS.
Selain itu, albumin yang terkandung dalam ikan gabus diketahui
mengandung senyawa-senyawa penting bagi tubuh manusia diantaranya
protein yang cukup tinggi, lemak, air dan mineral, terutama mineral Zn,
yang berfungsi sebagai antioksidan yang melindungi sel-sel, mempercepat
proses penyembuhan luka, mengatur ekspresi dalam limfosit dan protein,
memperbaiki nafsu makan dan stabilisasi berat badan.Studi yang dilakukan
Nicholas et al., (2003) melaporkan bahwa dengan pemberian
albumin yang kaya akan antioksidan dapat meningkatkan daya tahan tubuh
terhadap stress dari infeksi HIV melalui hambatannya dalam pembentukan
ROS serta pengaruhnya pada kadar Nitric Oxide (NO) yang dihasilkan.
Asupan Micronutrien juga sangat penting bagi penderita HIV/
AIDS, karena dapat berperan dalam fungsi kekebalan tubuh dan infeksi
penyakit menular. Vitamin C merupakan salah satu micronutrien
antioksidan yang dapat membantu pemulihan infeksi.Hal ini dikarenakan
vitamin C mampu berperan dalam melindungi sel-sel dan jaringan terhadap
kerusakan yang disebabkan oleh oksigen reaktif dan nitrogen species
yang meningkat selama menderita penyakit menular, utamanya ketika
sistem kekebalan tubuh diaktifkan untuk menghilangkan adanya organisme
patogen.Asupan vitamin C untuk orang yang terserang infeksi HIV
dianjurkan lebih dari cukup agar dapat digunakan untuk menangani adanya
peningkatan stres oksidatif yang dapat merusak sel dan jaringan dari
sistem kekebalan tubuh dan juga dapat menyebabkan peningkatan keparahan
penyakit tersebut.
Dalam sebuah studiobservasional pada pria Amerika Serikat diperoleh
bahwa asupan tinggi vitamin C berkaitan dengan rendahnya risiko
perkembangan AIDS.Uji coba juga dilakukan di Afrika dengan hasil terjadi
risiko kematian yang rendah akibat infeksi HIV pada perempuan Tanzania
dan terjadi sedikit peningkatan jumlah limfosit T CD4+.Selain itu, asupan vitamin C juga dapat menghambat laju penurunan jumlah limfosit dan dapat menurunkan viral load. Sementara dukungan vitamin C dengan daily value (DV) 60-1.000 mg bermanfaat untuk mencegah laju progresivitas infeksi HIV, dengan upper tolerable limit
(UTL) 2000 mg. Dalam hal ini, peran vitamin C dalam kekebalan tubuh
kemungkinan utama terletak dalam fungsinya pada sel fagosit yang juga
dapat memberikan efek reduksi terhadap produksi sitokin inflamasi dan
bahkan replikasi retrovirus HIV.
Saat ini terapi yang diberikan pada penderita HIV/AIDS adalah dengan pemberian antiretroviral
(ARV) tanpa adanya tambahan pemberian suplemen. Karena hanya ARV saja
yang menjadi tanggungan program pemerintah daerah dalam membantu
pengobatan penderita HIV/ AIDS tersebut. Sementara terapi ARV harus
diimbangi dengan asupan zat gizi yang adekuat. Untuk itulah sehingga
saat ini penulis sedang melakukan penelitian dalam penyelesaian tesis
pada program pendidikan Magister Ilmu Gizi di Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro Semarang, dengan judul Efek Suplementasi Ekstrak
Ikan Gabus dan Vitamin C Terhadap Kadar Hb, Lekosit, Limfosit dan
Albumin Pada Penderita HIV/ AIDS.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi pada
masyarakat dalam peningkatan kesehatan, khususnya mengenai asupan zat
gizi penderita HIV/ AIDS dalam upaya mengatasi perkembangan penyakit
infeksi lebih lanjut sehingga dapat mengembalikan kualitas hidupnya
serta dapat memberikan informasi kepada praktisi kesehatan tentang efek
pemberian suplemen ekstrak ikan gabus dan vitamin C terhadap peningkatan
status imunitas dan gizi penderita HIV/ AIDS, sehingga dapat dijadikan
acuan atau bahan dalam merumuskan perencanaan asuhan gizi yang dapat
lebih berkontribusi positif dalam upaya meningkatkan kekebalan tubuh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar